(Yogyakarta, Kabarbagus.id) – Wali Kota Yogyakarta Dr. dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG soft launching program “Normalisasi Kali Code”, “Code Nol Sampah”, dan “Code Wisataku” di Bendung Surokarsan, Kelurahan Wirogunan, Kemantren Mergangsan, Kota Yogyakarta, pada Minggu (24/8).
Program ini merupakan langkah nyata Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengembalikan fungsi Kali Code sebagai sungai yang bersih, sehat, hijau, dan produktif. Tiga inisiatif besar tersebut menjadi bagian dari gerakan restorasi sungai berbasis kolaborasi antara pemerintah, komunitas, akademisi, serta masyarakat.
Dalam sambutannya, Wali Kota Hasto Wardoyo menegaskan komitmen Pemkot Yogyakarta dalam menjaga kebersihan sungai, terutama dari ancaman sampah domestik.
“Saya tegaskan, siapapun yang membuang sampah ke Kali Code akan saya tindak. Sungai ini milik kita bersama dan harus kita jaga bersama,” tegas Wali Kota.
Turut hadir dalam kegiatan tersebut Rr. Vicky Ariyanti, MT, Ph.D, Kabid Operasi dan Pemeliharaan BBWS Serayu Opak, Prof. Dr. Agus Maryono, Dekan Sekolah Vokasi UGM dan Tokoh Restorasi Sungai Indonesia, H. Harris Syarif Usman, S.H., M.Kn – Ketua Gerakan Cinta Code / Sekretaris Pemerti Kali Code
Kemudian Kepala Bappeda / Plt Kepala DLH Kota Yogyakarta, Kepala Dinas Pemadam Kebakaran, Kalaksa BPBD, Kominfo, DPUP dan Lurah Wirogunan, Danramil, Kapolsek, Kapuskesmas, serta jajaran MPP Mergangsan dan Gondomanan serta Satgas Sungai (Ulu-Ulu) dan tokoh masyarakat setempat.
Sementara itu, Kabid OP BBWS SO, Rr. Vicky Ariyanti, menyatakan bahwa normalisasi Kali Code merupakan bagian dari program restorasi sungai berkelanjutan yang memerlukan sinergi seluruh elemen.
“Kami mendukung penuh kolaborasi antara BBWS, Pemkot, Pemerti Code, dan warga masyarakat. Harapannya, Kali Code bisa terbebas dari sampah dan limbah, serta kembali berfungsi sebagaimana mestinya,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. Agus Maryono mengapresiasi inisiatif Pemkot Yogyakarta. Ia menyatakan siap menerjunkan mahasiswa Sekolah Vokasi UGM untuk terlibat dalam penataan dan pengembangan kawasan sungai.
Sebagai salah satu pegiat lingkungan dan pelopor gerakan Code Nol Sampah, H. Harris Syarif Usman mengenang bahwa gerakan ini telah dimulai sejak 2010. Saat itu ribuan warga Yogyakarta bersama-sama membersihkan Kali Code, yang kemudian mendapat penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kerja bakti kali terpanjang.
“Kini, kawasan Kali Code mulai dikembangkan menjadi destinasi wisata sungai dengan konsep Code Wisataku. Kehadiran Sekolah Sungai telah menarik ribuan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, untuk belajar dan menikmati dinamika sosial, budaya, ekonomi, serta mitigasi bencana di sepanjang Kali Code,” jelas Harris.
Soft launching ini menjadi penanda dimulainya gerakan besar menghidupkan kembali Kali Code sebagai pusat kehidupan, pendidikan, dan wisata sungai yang berkelanjutan. Pemerintah berharap sinergi dan partisipasi aktif masyarakat akan terus terjaga demi keberlanjutan ekosistem Kali Code dari hulu hingga hilir. (Ags)